Cari Blog Ini

Senin, 19 Juli 2010

PENGARUH INDUSTRIALISASI TERHADAP PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT DI DESA MANYAR KECAMATAN MANYAR KABUPATEN GRESIK

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah

Industrialisasi tampaknya merupakan sesuatu yang tidak terhindarkan bagi manusia. Secara historis kehadiran industri-industri berskala besar di Indonesia tidak bisa dilepaskan dengan kolonisasi orang Barat di daerah ini. Cikal bakal industrialisasi di Indonesia bisa dirunut dengan hadirnya industri perkebunan pada masa tanam paksa. Loncatan besar terjadi ketika UU Agraria tahun 1870 diberlakukan karena sejak saat itu pemodal-pemodal asing berlomba-lomba menanamkan modalnya di Indonesia dan salah satunya pada bidang industri manufaktur.
Titik berat pembangunan nasional Indonesia menekankan pada sektor industri, dengan harapan sektor ini dapat mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi nasional. Pengembangan industri, selain menaikkan nilai ekonomi suatu komoditi, juga dapat membuka kesempatan ekonomi bagi masyarakat, yaitu memberikan alternatif lapangan kerja baru. Untuk itu, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan yang menetapkan daerah-daerah tertentu sebagai daerah industri.
Faktor faktor yang diperhatikan adalah: bahan mentah, minyak, air, modal, tenaga listrik, tanah untuk mendirikan pabrik dan fasilitas lainnya, serta masalah pengangkutan. Loksi pabrik dapat dijumpai di tiga daerah, yaitu: Di daerah-daerah pada tepian kota (periphery of the city), Di dekat daerah-daereh perdagangan (trade district), Di sepanjang jalan dengan lalu-lintas untuk angkutan berat (heavy freight mtreffic).
Untuk penentuan lokasi industri Ginsburg mengemukakan bahwa dalam hal pengangkutan maupun pembangkit serta penyaluran tenaga sangat memperluas kemungkinan pilihan tempat Industri sehingga tidak lagi terikat pada tempat-tempat dimana terdapat sumber alam tertentu. Bersaman dengan itu, luasnya kemungkinan untuk memilih tempat di atau dekat daerah-daerah metropolitan semakin bertambah karena perbaikan-perbaikan teknologi pengangkutan, sedangkan industri-industri yang makan tempat cenderung untuk diletakkan di daereh-daerah yang kurang padat penduduknya, yang terletak di pinggiran kota besar atau malah lebih jauh lagi dari pada itu. Hal ini pada gilirannya mengakibatkan makin cepatnya suburbanisasi daerah-daerah pedesaan yang letaknya di dekat kota-kota besar.
Tampak bahwa faktor sarana transportasi dan lahan cukup dominan dalam penentuan lokasi Industri. Harga tanah di pinggiran kota yang relatif lebih murah dari tanah di dalam kota, dan kemudahan transportasi yang dapat memperlancar arus barang-barang produksi menyebabkan pinggiran kota cukup tepat untuk dijadikan daerah industri. Munculnya industri-industri baru dalam suatu wilayah akan memberikan pengaruh besar terhadap jumlah tenaga kerja.
Salah satu akibat yang terpenting dari timbulnya industrialisme adalah terbentuknya komunitas-komunitas baru, atau perubahan serta pertumbuhan yang cepat dan komunitas yang sudah ada. Peningkatan jumlah tenaga kerja dan pertumbuhan komunitas di sekitar industri yang cepat disebabkan oleh masuknya para pekerja pendatang dalam jumlah yang banyak dan menetap di daerah tersebut. Pertumbuhan komunitas ini dikarenakan Industri membutuhkan tenaga kerja yang dapat diandalkan dan dapat masuk kerja setiap hari dan pada waktu yang tepat, sehingga para pekerja pendatang memilih bermukim di sekitar industri. Seringkali orang-orang ini berasal dari daerah, ras, suku, atau agama yang berbeda-beda yang mempunyai nilai-nilai yang berbeda dengan masyarakat setempat. Komunitas masyarakat setempat yang dimaksud adalah komunitas masyarakat pinggiran kota yang mempunyai sifat dan karakter tertentu.
Sebagai sesuatu yang baru, industri memunculkan dampak yang sangat beragam bagi kehidupan manusia, baik dampak sosial maupun dampak nonsosial seperti pada perubahan fisik kota, pencemaran lingkungan, dan sebagainya. Secara sosial, industrialisasi telah mendorong berbagai perubahan sosial kemasyarakatan. Strategi pembangunan yang didasarkan kepada doktrin pertumbuhan "leading-sectors" telah membuat hancur banyak industri kecil di pedesaan. Doktrin pertumbuhan sebagai adopsi pencangkokan sistem kapitalis, dan metode produksi modern ke dalam masyarakat desa Indonesia, cenderung memarginalisasi masyarakat dari sistem produksi dan proses pemanfaatan hasil-hasil produksi.
Secara umum pembangunan dan industrialisasi desa memang telah menciptakan mobilitas sosial (kemajuan dan kemakmuran) warga desa. Mobilitas sosial bisa kita ukur dari indikator perubahan wajah fisik desa, perbaikan perumahan penduduk, peningkatan derajat pendidikan, perubahan struktur okupasi, perbaikan sarana dan prasarana transformasi penduduk desa, peningkatan kepemilikan perlengkapan modern. Jika melihat indikator ini, desa jauh lebih maju dan makmur, karena pembangunan dan industrialisasi desa.
Industrialisasi membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat. Dengan dibukanya perusahaan baru maka secara otomatis juga telah membuka lapangan kerja baru. Lapangan kerja baru tersebut dimanfaatkan dengan baik oleh semua orang yang membutuhkan pekerjaan. Hal ini bisa mengurangi angka pengangguran di daerah dan sekitarnya. Dampak secara langsung yang di terima dari masyarakat sekitar adalah dengan direkrutnya warga sekitar sebagai pegawai di pabrik-pabrik tersebut, karena ini merupakan perjanjian awal saat pabrik-pabrik tersebut berdiri di suatu daerah. Sedangkan dampak yang diterima secara tidak langsung oleh masyarakat adalah dengan adanya industrialisasi tersebut masyarakat sekitar memanfaatkannya dengan cara berbagai hal, masyarakat ada yang membuka kost bagi karyawan yang dari luar daerah, membuka warung-warung makan di sekitar pabrik bagi karyawan, dan lain-lain. Dampak dari industrialisasi ini baik secara langsung atau tidak langsung mengakibatkan terjadinya perkembangan perekonomian dalam masyarakat.
Namun terdapat dampak negatif dari terbukanya lapangan kerja baru tersebut. Dampak negatif dari terbukanya lapangan kerja baru adalah terjadinya persaingan mencari kerja yang tidak sehat. Persaingan kerja tersebut berupa cara kotor untuk masuk sebuah perusahaan dengan cara menyuap seseorang yang mempunyai channel disalah satu perusahaan. Hanya ada beberapa perusahaan saja yang benar-benar menyeleksi calon para karyawannya.
Pertumbuhan ekonomi kabupaten Gresik saat ini sangat tergantung dari semakin meningkatnya peran sektor Industri yakni 48,20 % di tahun 2002, 48,55 % di tahun 2003 dan 48,63 % di tahun 2004. Sektor ini merupakan tulang punggung perekonomian Kabupaten Gresik.
Industri kecil, sedang dan besar rata-rata tercatat mengalami kenaikan signifikan pada periode tahun 2000 hingga tahun 2004. Dalam kurun waktu empat tahun tersebut, industri kecil kecil bertambah lebih dari 1000 unit, sedangkan industri sedang dan besar juga mengalami pertumbuhan tak kurang dari 320 unit.

 
Produksinya disamping memenuhi kebutuhan lokal juga mempunyai pangsa pasar nasional maupun internasional. Sektor ini juga diharapkan mengatasi masalah pengangguran, karena sektor ini banyak menyerap tenaga kerja.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan Johannes Sulistijawan Surjaatmadja, tentang "Pengaruh Industrialisasi Terhadap Kegiatan Sosial Ekonomi Dan Keseimbangan Lingkungan Serta Kualitas Lingkungan Dan Pembangunan Berkelanjutan Di Pulau Batam", menyatakan bahwa Kegiatan industrialisasi di Pulau Batam berdampak pada kualitas alam dan lingkungan. Hal ini terjadi karena alam dan lingkungan dapat menyediakan sumber daya yang dibutuhkan untuk proses produksi.
Penelitian selanjutnya oleh Maturidi Satar, tentang "Pengaruh Industrialisasi Terhadap Lingkungan Sosial Ekonomi Masyarakat (Studi Kasus Kecamatan Teluk Jambe, Kabupaten Karawang)", menyatakan Perkembangan kota dengan industrinya telah menyebabkan terjadinya urbanisasi. Masalah kependudukan merupakan masalah bagi perkotaan, terutama bagi pembangunan kota. Makin padat penduduk kota, semakin menurun pola hubungan kemasyarakatan karena lingkungan kehidupan yang lebih mengutamakan efisiensi ekonomi, telah menimbulkan degradasi sosial.
Maka dari penelitian-penelitian sebelumnya peneliti akan melakukan penelitian yang akan memfokuskan pada Pengaruh Industrialisasi Terhadap Perkembangan Perekonomian Masyarakat.

 

 

 

 
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh industrialisasi terhadap perkembangan perekonomian masyarakat ?

 
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh industrialisasi terhadap perkembangan perekonomian masyarakat.

 
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini antara lain adalah, kita dapat menganalisis dan mengetahui perkembangan perekonomian masyarakat yang terjadi akibat dari industrialisasi itu sendiri. Perkembangan perekonomian tersebut bisa terjadi secara langsung dan tidak langsung. Berkat industrialisasi terdapat perkembangan perekonomian dalam masyarakat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 
BAB II
LANDASAN TEORI

 
  1. Industrialisasi
Masyarakat dan kebudayaan manusia di manapun selalu berada dalam keadaan berubah. Pada masyarakat-masyarakat dengan kebudayaan primitif, yang hidup terisolasi jauh dari berbagai jalur hubungan dengan masyarakat-masyarakat lain di luar dunianya sendiri, perubahan yang terjadi dalam keadaan lambat. Perubahan yang terjadi dalam masyarakat berkebudayaan primitif tersebut, biasanya telah terjadi karena adanya sebab-sebab yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan itu sendiri, yaitu karena perubahan dalam hal jumlah dan komposisi penduduknya dan karena perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup.
Sedangkan dalam masyarakat-masyarakat yang hidupnya tidak terisolasi atau yang berada dalam jalur-jalur hubungan dengan masyarakat-masyarakat dan kebudayaan lain, cenderung untuk berubah secara cepat dibandingkan dengan perubahan yang terjadi dalam masyarakat berkebudayaan primitif seperti tersebut di atas. Perubahan yang terjadi secara lebih cepat tersebut, disamping karena faktor-faktor perubahan jumlah dan komposisi penduduk serta perubahan lingkungan hidup juga telah disebabkan oleh adanya difusi atau adanya penyebaran kebudayaan lain ke dalam masyarakat yang bersangkutan, penemuan-penemuan baru khususnya penemuan-penemuan teknologi dan inovasi.
Teknologi secara langsung berkaitan dengan industrialisasi. Industrialisasi dan mesinisasi cenderung merubah dasar-dasar atau hakekat pengertian kebendaan atau materi yang ada dalam masyarakat. Teknologi dan industrialisasi langsung atau tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap terwujudnya proses urbanisasi. Perubahan mata pencaharian dari mengolah alam kepada jasa dimungkinkan oleh tingkat perkembangan teknologi dan industrialisasi.
Industrialisasi, berasal dari kata dasar industri, suatu aktivitas produktif dalam menghasilkan barang dan jasa yang berorientasi pada pencapaian tujuan-tujuan bisnis dan ekonomi. Industrialisasi adalah upaya atau proses untuk menjalankan proyek-proyek industri baik dalam skala kecil, menengah dan besar, dengan melibatkan berbagai jenis tenaga kerja, baik tenaga kerja yang terdidik maupun terampil, serta terkelolanya industri tersebut dalam manajemen perusahaan modern.
Industrialiasi memerlukan kapital atau modal (investasi) baik berupa materi (uang), maupun non-materi. Tetapi yang terpenting dari itu semua adalah kualitas sumberdaya manusia (SDM) yang mampu mengelola segenap potensi yang ada ke dalam suatu aktivitas industrial yang menguntungkan secara ekonomi. Oleh sebab itulah, dalam rangka menggalakkan kinerja industri-industri di tanah air diperlukan upaya keras dari pemerintah dan pelaku ekonomi untuk seoptimal mungkin memperoleh dukungan investasi, baik investasi domestik maupun asing. Iklim investasi yang buruk, akan berpengaruh pada melemahnya industrialisasi tanah air. Sebaliknya, kalau iklim investasi baik, maka dunia industri kita akan bergerak naik, sehingga selain mendorong pertumbuhan ekonomi, juga menyerap tenaga kerja dalam skala massif.
Industrialisasi berbeda dengan perdagangan. Dalam industrialisasi terdapat unsur dan aktivitas memproduksi barang dan jasa. Sementara perdagangan adalah memperdagangkan barang dan jasa tersebut, dan tidak harus memproduksi sendiri. Oleh sebab itu penting kiranya industrialisasi ini dikembangkan mengingat, tidak saja akan melibatkan banyak tenaga kerja atau menyerap pengangguran, dan mengurangi angka kemiskinan, tetapi jauh daripada itu juga diharapkan mampu menghindarkan bangsa Indonesia, hanya sekedar sebagai "bangsa konsumen" atau "negara dagang".
Tercatat, Indonesia adalah negara maritim yang luas, dengan jumlah penduduk sekitar 220-an juta jiwa, tentu merupakan pasar yang potensial bagi segala macam produk. Dalam liberalisasi ekonomi dunia dewasa ini, Indonesia akan semakin terpuruk apabila tidak mampu mendorong upaya industrialisasi secara signifikan, dan hanya sekedar bertumpu saja pada mekanisme pasar dalam konteks perdagangan bebas dunia. Tanpa memproduksi barang dan jasa yang berkualitas dan berdaya saing melalui industrialisasi, maka hal itu hanya akan memperteguh posisi kita sebagai bangsa konsumen yang tidak berdaya. Jelas dalam hal ini diperlukan regulasi pemerintah secara tepat dan proporsional, agar industri-industri kita dapat semakin berkembang.

 

 

  1. Perkembangan perekonomian
Pembangunan industri pada suatu daerah, yang diikuti dengan masuknya para pekerja yang berasal dari daerah lain ke daerah tersebut, menimbulkan adanya kebutuhan lain yang perlu disediakan oleh masyarakat. Kondisi demikian memberikan kesempatan kepada masyarakat di daerah tersebut untuk dijadikan lapangan pekerjaan. Berbagai bidang pekerjaan muncul di daerah tersebut, yang sebelum berdiri industri tidak terdapat di daerah tersebut; kalaupun ada, dalam jumlah yang kecil.
Perubahan sosial masyarakat pinggiran kota (transisi) yang dipicu oleh pembangunan industri di daerah tersebut meliputi berbagai aspek kehidupan, yang salah satunya adalah aspek ketenagakerjaan. Masyarakat pinggiran kota memiliki karakter yang cepat berubah dan mudah terpengaruh, sehingga perubahan yang terjadi dalam lingkungan cepat diadaptasi. Namun dalam hal perubahan mental bekerja, ternyata belum dapat mengikuti perubahan yang terjdai dalam teknologinya.
Pertumbuhan masyarakat pinggiran diwarnai pula dengan tumbuhnya berbagai alternatif lapangan usaha, selain industri itu sendiri, yang dapat dimanfaatkan oleh warga masyarakat. Diferensiasi dan segmentasi dalam masyarakat didorong ke arah homogenitas, yang membuat diferensiasi dalam masyarakat tetap fungsional, dengan demikian pertumbuhan industrialisasi banyak mempengaruhi pertumbuhan masyarakat di suatu daerah.
Secara nyata kemajuan ekonomi Kabupaten Gresik dapat dilihat dari indikator pertumbuhban ekonomi. Dari sejak tahun 2000 hingga 2004 pertumbuhan ekonomi Gresik berkecenderungan naik dari 3,05 % tahun 2000 hingga mencapai 5,74 % pada akhir tahun 2004. Pertumbuhan ini mengindikasikan bahwa dalam kurun waktu tersebut memang ada akselerasi pergerakan nyata ekonomi daerah yang cukup dinamis, sebab pertumbuhan daerah ini juga diiringi oleh kecenderungan inflasi PDRB yang menurun.

 

 
Kondisi ini bergerak ke arah situasi sebelum krisis dimana sebelum tahun 1997 pertumbuhan ekonomi di kabupaten Gresik pernah mencapai diatas 13 %. Sektor Industri yang mendominasi struktur ekonomi hingga diatas 45 % yang menentukan baik buruknya perekonomian wilayah ini, jika sektor Industri jatuh akan mempengaruhi sektor-sektor yang lain jatuh, sebaliknya sektor ini membaik maka akan membaik pula sektor-sektor yang lain.

 
Beberapa teori yang mendukung tentang pertumbuhan ekonomi yaitu :
A. Teori Mobilitas Sosial
Menurut Paul B. Horton, mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya atau gerak pindah dari strata yang satu ke strata yang lainnya. Mobilitas sosial lebih mudah terjadi pada masyarakat terbuka karena lebih memungkinkan untuk berpindah strata. Sebaliknya, pada masyarakat yang sifatnya tertutup kemungkinan untuk pindah strata lebih sulit.
B. Teori Stratifikasi Sosial
Definisi stratifikasi antara lain dikemukakan oleh Pitirim A. Sorokin bahwa pelapisan sosial merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis). Perwujudannya adalah adanya lapisan-lapisan di dalam masyarakat, ada lapisan yang tinggi dan ada lapisan-lapisan di bawahnya. Setiap lapisan tersebut disebut strata sosial. P.J. Bouman menggunakan istilah tingkatan atau dalam bahasa belanda disebut stand, yaitu golongan manusia yang ditandai dengan suatu cara hidup dalam kesadaran akan beberapa hak istimewa tertentu dan menurut gengsi kemasyarakatan.

  1. Hipotesis
Maka dari data-data yang telah ada dan fenomena yang telah terjadi dapat diperoleh hipotesis mayor bahwa terdapat pengaruh industrialisasi terhadap perkembangan perekonomian masyarakat.
Dari data yang diperoleh juga dapat disimpulkan hipotesis minor bahwa semakin tinggi perkembangan industrialisasi maka pertumbuhan perekonomian masyarakat juga semakin meningkat. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah perkembangan perekonomian masyarakat maka semakin rendah pula perkembangan industrialisasi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 
BAB III
METODE PENELITIAN

 
A. Sifat Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, yaitu suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang dapat diamati yang kemudian digabungkan dengan data-data statistik yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh dan untuk mengenai alasan yang melatar belakangi masalah sosial yang terjadi akibat perubahan sosial. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi yakni peneliti berusaha memahami makna (interpretatif unders bunding) dari peristiwa atau fenomena yang terjadi dalam masyarakat dan suatu hal yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat, dan menawarkan kemampuan melakukan kuantifikasi terhadap realitas sosial secara akurat, dengan serangkaian pengukuran. Pengukuran yang akurat dan pengumpulan data yang tepat, realitas sosial tersebut dapat digali dan diperoleh hubungan sebab akibat yang benar.

 

  1. Populasi dan Sampel

Menurut catatatan statistik Kantor Kependudukan Kabupaten Gresik, hingga akhir tahun 2004 memiliki total penduduk sejumlah 1.059.033 orang yang terbagi ke dalam sejumlah 279.103 keluarga. Jumlah penduduk yang melebihi angka satu juta tersebut menghuni area wilayah seluas 1.191,25 Km2, sehingga kemudian dapat dihitung ratio kepadatannya adalah sebedsar 885 jiwa/km2, dengan rata-rata per keluarga terdiri dari 4 orang. Namun demikian, masalahnya bahwa tingkat kepadatan penduduk Gresik tersebut tidaklah merata pada keseluruhan wilayah. Wilayah perkotaan jauh dipadati penduduk sebesar 1814 jiwa/km2 dibandingkan wilayah pedesaan yang hanya dihuni 736 jiwa/km2. Kondisi empiris ini tentu harus direspon secara objektif oleh pemerintah daerah, terutama menyangkut alokasi fasilitas dasar kebutuhan penduduk melalui komitmen "membangun desa menata kota". Problematika lain adalah bahwa dari sejumlah 279.103 keluarga yang ada di Gresik, masih terdapat sejumlah 39.697 keluarga tergolong miskin. Fakta ini tentu perlu direspon dengan kebijakan efektif, terutama perumusan prioritas program kebijakan pengentasan kemiskinan bagi keluarga-keluarga miskin tersebut.
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 1990 (SP 1990), jumlah penduduk Kabupaten Gresik adalah sebesar 856.430 jiwa, terdiri dari 419.160 jiwa laki-laki dan 437.270 jiwa perempuan, dengan kepadatan penduduk sebesar 726 jiwa per kilometer persegi. Rasio jenis kelamin sebesar 95,86; artinya setiap 100 penduduk perempuan terdapat sejumlah 95,86 penduduk laki-laki. Menurut hasil Registrasi Penduduk Kabupaten Gresik pada tahun 2001, jumlah penduduk adalah 969.205 jiwa, terdiri dari 481.074 jiwa penduduk laki-laki dan 488.131 penduduk perempuan. Dari jumlah penduduk sebanyak itu terdapat 223.593 keluarga dengan kepadatan penduduk sebesar 803 jiwa per kilometer persegi. Dibandingkan dengan tahun 1990 kepadatan penduduk meningkat sebesar 10,60 persen dengan rasio jenis kelamin sebesar 98,55 persen.
          Transmigrasi di Kabupaten Gresik tahun 1995/1996 sampai dengan tahun 2001 adalah sebesar 864 KK dan 2.375 jiwa terdiri atas 234 KK, 729 jiwa merupakan transmigrasi umum; 486 KK dan 1.180 jiwa merupakan transmigrasi swakarsa mandiri, sedang sisanya merupakan transmigrasi swakarsa berbantuan. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, jumlah pemberangkatan transmigrasi pada tahun 2001 mengalami penurunan jumlah Kepala Keluarga maupun jiwa. Pada tabel dibawah ini dapat dilihat data transmigrasi menurut jenis transmigrasi mulai tahun 1997/1998 sampai dengan tahun 2001.
Sedangkan penelitian ini akan mengambil sampel di desa manyar kecamatan manyar. Manyar adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Gresik, Provinsi
Jawa Timur, Indonesia. secara geografis sebagian besar wilayahnya adalah berupa lahan tambak karena posisinya yang dekat dengan pantai, seiring perkembangan zaman kawasan ini sekarang mulai ditumbuhi dengan berbagai macam industri kecil menengah sampai dengan yang berskala Nasional maupun internasional. Populasi dalam penelitian ini adalah para pekerja pabrik atau industri, dan warga manyar yang terkena dampak dari perkembangan industrialsasi di daerah tersebut. Dari banyaknya populasi yang ada, untuk mempermudah penelitian maka diambil sampel dengan teknik Simple Random Sampling, karena terdapat banyak masyarakat yang terkena dampak industrialisasi, baik yang terkena dampak secara langsung maupun tidak langsung akibat dari industrialisasi tersebut.

 
C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah penduduk di desa Manyar baik itu penduduk asli maupun pendatang, para pegawai atau buruh pabrik, selain itu peneliti juga memilih para pedagang yang berjualan di sekitar pabrik – pabrik sebagai subjek. Alasan peneliti memilih subjek – subjek tersebut sebagai sumber responden adalah agar peneliti dapat memperoleh data yang dibutuhkan itu benar – benar valid dan dapat dipercaya.

 
D. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan kurang lebih 2 bulan terhitung mulai Desember - Januari 2009 yang bertempat di Desa Manyar Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik dan di beberapa tempat yang penulis tidak dapat disebutkan satu persatu. Alasan metodologis pemilihan tempat tersebut karena peneliti melihat adanya perubahan struktur sosial yang terjadi akibat banyaknya industri yang berkembang di sekitar daerah tersebut.

 
E.
Hipotesis
Maka dari data-data yang telah ada dan fenomena yang telah terjadi dapat diperoleh hipotesis mayor bahwa terdapat pengaruh industrialisasi terhadap perkembangan perekonomian masyarakat.
Dari data yang diperoleh juga dapat disimpulkan hipotesis minor bahwa semakin tinggi perkembangan industrialisasi maka pertumbuhan perekonomian masyarakat juga semakin meningkat. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah perkembangan perekonomian masyarakat maka semakin rendah pula perkembangan industrialisasi.

 
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer. Penggalian data primer menggunakan teknik indeepth interview. Teknik wawancara yang dipakai untuk menggali data dalam penelitian ini ialah dengan Indeepth interview atau wawancara secara mendalam. Adapun langkah-langkah dalam melakukan indepth interview yaitu getting in yang dilakukan peneliti untuk beradaptasi agar bisa diterima dengan baik oleh subjek penelitian. Hal ini dimaksudkan peneliti menciptakan situasi kekeluargaan dan beramah tamah untuk menarik perhatian atau menarik simpati dari subjek penelitian.

 
G. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan di interpretasikan. Tujuan pokok penelitian ini adalah mengetahui dampak sosial apa saja yang terjadi dengan adanya perubahan perkembangan ekonomi masyarakat akibat dari berkembangnya industrialisasi. Dari data analisis dan informasi yang lebih sederhana diperoleh, hasil-hasilnya harus diinterpretasi untuk mencari makna dan implikasi yang lebih luas dari hasil-hasil penelitian. Interpretasi atau interensi ini dilakukan dengan dua cara. Pertama, interpretasi secara terbatas karena peneliti melakukan interpretasi atas data dan hubungan yang ada dalam penelitiannya. Kedua, peneliti mencari pengertian yang lebih luas tentang hasil-hasil yang didapatkannya dari analisa. Ini dilakukan oleh peneliti dengan membandingkan hasil analisanya dengan kesimpulan peneliti laindan dengan menghubungkan kembali interpretasinya dengan teori.
Merujuk pada buku panduan dengan judul Statistik. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji korelasi Product Moment. Adapun alasan metodologis memilih uji tersebut disebabkan data berbentuk rasio selain untuk menyatakan suatu hubungan antar variabel. Langkah-langkah untuk menghitung koefisien korelasi dengan rumus adalah:

  1. Mencari Mean dari dari suku kedua variabel yang bersangkutan yaitu Mx dan My
    MX =

  2. Mencari standart deviasi dari kedua variabel yaitu SDx dan SDy
    SD x =

  3. Mengkalikan tiap-tiap x dengan tiap-tiap y yang sebaris kemudian mencari jumlah totalnya ()

 

 

  1. Hasil perhitungan dari ketiga rumus di atas dimasukkan kedalam rumus baru
    rxy =
Dimana :

rXY        = Koefisien korelasi antara X dan Y.
xy        = Product dari x kali y.
SDX        = Standard deviasi dari variabel X.
SDy        = Standard deviasi dari variabel Y.
N        = Jumlah subjek yang diselidiki.

  1. Pengetesan Signifikansi
    Ho = Terdapat pengaruh antara perkembangan industrialisasi terhadap perkembangan perekonomian.
    Ha = Tidak terdapat pengaruh antara perkembangan industrialisasi terhadap perkembangan perekonomian.
Harga t hitung selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel, dengan taraf signifikansi 95%Jika:
- t hitung lebih besar dari t tabel Ho ditolak dan Ha diterima
- t hitung lebih kecil dari t tabel Ho diterima dan Ha ditolak

 

 

  1. Pengolahan Data
Data mentah yang berupa koding dan scoring dari angket dimasukkan kedalam tabel yang kemudian diolah dengan menggunakan fasilitas komputer SPSS Ver-11. Penggunaan SPSS bertujuan memudahkan peneliti mengolah data. Berdasarkan hasil perhitungan SPSS tersebut data dianalisis secara korelasi dengan menggunakan teori yang relevan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Bintarto, R. 1989. Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya. Edisi Revisi. Jakarta : Ghalia Indinesia
Parker, S.R., RK. Brown, J. Child, dan MA. Smith. 1985. Sosiologi Industri. Jakarta : Rineka Cipta
Schneider, E.V. 1993. Sosiologi Industri. Edisi Kedua. Jakarta : Aksara Persada
Weiner, Myron, (Ed). 1981. Modernisasi Dinamika Pertumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada Press
Soekamto, Soerjono. 1987. Sosiologi Industri: Suatu Pengantar. Bandung : CV. Remadja Karya
Bagong Suyanto – Dwi J. Narwoko. Sosiologa Teks Pengantar dan Terapan. Prenada Media. Jakarta. 2004.
Lexy J. Moleong. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT. Remas-Rosdakarya.
Masri Singarimbun. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES.
Sutrisno Hadi, 2004, Statistik.



oleh: Rizal El Fariz (Sos'07, Unesa) 

Rabu, 14 Juli 2010

Faktor-Faktor dan Perbedaan Antara Negara Maju dan Berkembang


Faktor-Faktor dan Perbedaan Antara Negara Maju dan Berkembang


A.     Pengertian Negara
Negara adalah pengorganisasian masyarakat yang berbeda dengan bentuk organisasi lain terutama karena hak negara untuk mencabut nyawa seseorang. Untuk dapat menjadi suatu negara maka harus ada rakyat, yaitu sejumlah orang yang menerima keberadaan organisasi ini. Syarat lain keberadaan negara adalah adanya suatu wilayah tertentu tempat negara itu berada. Hal lain adalah apa yang disebut sebagai kedaulatan, yakni bahwa negara diakui oleh warganya sebagai pemegang kekuasaan tertinggi atas diri mereka pada wilayah tempat negara itu berada.
Negara berkembang adalah sebuah negara dengan rata-rata pendapatan yang rendah, infrastruktur yang relatif terbelakang, dan indeks perkembangan manusia yang kurang dibandingkan dengan norma global. Istilah ini mulai menyingkirkan Dunia Ketiga, sebuah istilah yang digunakan pada masa Perang Dingin. Perkembangan mencakup perkembangan sebuah infrastruktur modern (baik secara fisik maupun institusional) dan sebuah pergerakan dari sektor bernilai tambah rendah seperti agrikultur dan pengambilan sumber daya alam. Negara maju biasanya memiliki sistem ekonomi berdasarkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan menahan-sendiri. Penerapan istilah 'negara berkembang' ke seluruh negara yang kurang berkembang dianggap tidak tepat bila kasus negara tersebut adalah sebuah negara miskin, yaitu negara yang tidak mengalami pertumbuhan situasi ekonominya, dan juga telah mengalami periode penurunan ekonomi yang berkelanjutan.
Negara maju adalah sebutan untuk negara yang payah. Kebanyakan negara dengan GDP per kapita tinggi dianggap negara payah. Namun beberapa negara telah mencapai GDP tinggi melalui eksploitasi sumber daya alam (seperti Nauru melalui pengambilan phosphorus) tanpa mengembangkan industri yang beragam dan ekonomi berdasarkan-jasa tidak dianggap memiliki status 'mundur'. Pengamat dan teoritis melihat alasan yang berbeda mengapa beberapa negara (dan lainnya tidak) menikmati perkembangan ekonomi yang tinggi. Banyak alasan menyatakan perkembangan ekonomi membutuhkan kombinasi perwakilan pemerintah (atau demokrasi), sebuah model ekonomi pasar bebas, dan sedikitnya atau ketiadaan korupsi. Beberapa memandang negara kaya menjadi kaya karena eksploitasi dari negara miskin di masa lalu, melalui imperialisme dan kolonialisme, atau di masa sekarang, melalui proses globalisasi.mati saja.
B. Lima Faktor Penyebab Kegagalan Negara Berkembang Meraih Kemajuan Ekonomi
Secara empiris ada lima faktor penyebab kegagalan negara berkembang meraih kemajuan ekonomi. Untuk menghindari kesalahan itu, negara berkembang harus mencermati lima faktor itu. Kelima faktor adalah tidak mengabaikan mekanisme pasar, kelembagaan yang kuat dan pelaksanaan hukum yang tegas, mengintegrasikan diri dan perekonomiannya ke dalam perekonomian global, investasi di bidang pendidikan, serta memenuhi kebutuhan paling mendasar warganya.
Banyak contoh yang menunjukkan, negara yang meninggalkan atau tidak menerapkan mekanisme pasar telah ambruk. Seperti sistem ekonomi komando dan perencanaan terpusat, yang telah mengambrukkan kekuatan ekonomi di bekas negara Uni Soviet. Sistem seperti itu tidak cocok diterapkan sekarang ini. Cara berkompetisi yang sehat, penting diterapkan. Negara tidak akan mampu memberikan kemakmuran bagi rakyat dengan sistem ekonomi terpusat. Desentralisasi, persaingan antara perusahaan jusru menjadi hal penting untuk memperkuat perekonomian.
Faktor kedua sistem hukum yang independen, pemerintahan yang kuat, kelembagaan yang kokoh adalah hal mendasar yang harus dijalankan. Faktor ini penting dilakukan agar kebijakan pemerintah bisa dijalankan, dan korupsi terhindarkan. Selain itu, juga penting untuk menghindari tampilnya organisasi kriminal yang tersusun rapi dan mengambil mayoritas manfaat ekonomi di negara berkembang.
Untuk faktor ketiga, tidak ada negara berkembang yang mengalami kemajuan (kecuali Bostwana), jika tidak memiliki produk ekspor manufaktur yang mampu bersaing di pasar internasional. Keterbukaan, dan pengintegrasian diri ke perekonomian global adalah hal penting untuk membuat ekonomi terbiasa bersaing.
Faktor keempat, investasi di bidang pendidikan. Tidak sulit untuk mengatakan, ketertinggalan penduduk di negara berkembang, termasuk ketinggalan dalam hal teknologi informasi, adalah karena penduduknya sebagian besar tidak bisa membaca. Faktor kelima, pemerintahan negara berkembang harus berupaya memenuhi kebutuhan paling mendasar dari warganya. Kebutuhan itu antara lain, termasuk pelayanan kesehatan yang paling mendasar.
C. Perbedaan Antara Negara Berkembang dan Maju
Perbedaan antara negara berkembang (miskin) dan negara maju (kaya) tidak tergantung pada umur negara itu, contohnya negara India dan Mesir, yang umurnya lebih dari 2000 tahun, tetapi mereka tetap terbelakang (miskin). Sementara itu disisi lain Negara Singapura, Kanada, Australia, dan New Zealand, yang merupakan negara yang umurnya kurang dari 150 tahun dalam membangun, saat ini mereka adalah bagian dari negara maju di dunia, dan penduduknya tidak lagi miskin.
Ketersediaan sumber daya alam dari suatu negara juga tidak menjamin negara itu menjadi kaya atau miskin. Jepang mempunyai area yang sangat terbatas. Daratannya, 80 persen berupa pegunungan dan tidak cukup untuk meningkatkan pertanian sepertidan peternakan. Tetapi, saat ini Jepang menjadi raksasa ekonomi nomor dua di dunia. Jepang laksana suatu negara “industri terapung” yang besar sekali, mengimpor bahan baku dari semua negara di dunia dan mengekspor barang jadinya. Swiss tidak mempunyai perkebunan coklat tetapi sebagai negara pembuat coklat terbaik di dunika. Negara Swiss sangat kecil, hanya 11 persen daratannya yang bisa ditanami. Swiss juga mengelola susu dengan kualitas terbaik. (Nestle adalah salah satu perusahaan makanan terbesar di dunia). Swiss juga tidak mempunyai cukup reputasi dalam keamanan, integritas dan ketertiban-tetapi saat ini bank-bank di Swiss menjadi bank yang sangat disukai di dunia.
Para eksekutif dari negara maju yang berkomunikasi dengan temannya dari negara terbelakang akan sependapat bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal kecerdasan. Ras dan warna kulit juga bukan faktor penting. Para imigran yang dinyatakan pemalas di negara asalnya ternyata menjadi sumber daya yang sangat produktif di negara-negara maju atau kaya di Eropa.
Dari pernyataan diatas, maka timbul pertanyaan pada kita jika keadannya seperti itu lalu apa perbedaan Negara maju dan berkembang ?. Maka jawaban dari pertanyan tersebut adalah terletak pada perbedaan pada sikap atau perilaku masyarakatnya, yang telah dibentuk sepanjang tahun melalui kebudayaan dan pendidikan.
Berdasarkan analisis atas perilaku masyarakat di negara maju, ternyata bahwa mayoritas penduduknya sehari-hari mengikuti/mematuhi prinsip-prinsip dasar kehidupan sebagai berikut :
1. Etika, sebagai prinsip dasar dalam kehidupan sehari-hari
2. Kejujuran dan integritas
3. Bertanggungjawab
4. Hormat pada aturan dan hukum masyarakat
5. Hormat pada hak orang/warga lain
6. Cinta pada pekerjaan
7. Berusaha keras untuk menabung dan investasi
8. Mau kerja keras
9. Tepat waktu
Dalam negara terbelakang/miskin/berkembang, hanya sebagian kecil masyarakatnya mematuhi prinsip dasar kehidupan tersebut. Kita bukan miskin (terbelakang) karena kurang sumber daya alam, atau karena alam yang kejam kepada kita. Kita terbelakang, lemah, miskin karena perilaku kita yang kurang/tidak baik. Kita kekurangan kemauan untuk mematuhi dan mengajarkan prinsip dasar kehidupan yang akan memungkinkan masyarakat kita pantas membangun masyarakat, ekonomi dan negara. Tidak mudah mengubah sebuah Negara atau mengubah sekelompok masyarakat, namun akan lebih baik jika perubahan dimulai dari kita sendiri.

Sosok sosok sosiologi

Tokoh-tokoh Sosiologi dari mulai klasik, modern, posmo, sama[ai kritis semua nimbrung disini.

ALBION WOODBURRY SMALL

(11 Mei 1854 – 24 Maret 1926)

A. LATAR BELAKANG
Albion Woodburry Small lahir pada tanggal 11 Mei 1584 di Buckfield, Maine. Ia pernah bersekolah di Andover Newton Theological School pada tahun 1876-1879. Setelah lulus dari Andover Newton Theological School, Albion Woodburry Small melanjutkan pendidikannya di Universitas Leipzig dan Universitas Berlin. Ia mempelajari tentang sejarah, ekonomi social dan politik.
Pada tahun 1888 sampai dengan tahun 1889, Albion Woodburry Small belajar sejarah di John Hopkins University di Baltimore, Maryland. Pada waktu yang sama Albion Woodburry Small juga mengajar di Univrsitas Colby.
Pada tahun 1892, ia mendirikan Departemen Sosiologi yang pertama di Unversitas Chicago. Ia memimpin departemen ini selama 30 tahun lebih. Pada tahun 1895, ia menerbitkan sebuah buku yang berjudul “The American Journal Of Sociology” yang berisikan tentang catatan ilmu kemasyarakatan orang Amerika. Ia sangat berpengaruh dalam penempatan sosiologi sebagai bidang ilmu yang diakui untuk studi akademis.
Albion Woodburry Small telah menjabat sebagai seorang sejarahwan sosiologi. Karyanya yang berjudul “General Sociology” yang berarti ilmu kemasyarakatan umum, merupkan bagian terpenting dari semua karya yang telah dihasilkannya. Albion Woodburry Small meninggal dunia pada tanggal 24 maret 1926 di Amerika Serikat.

B. PENGERTIAN SOSIOLOGI MENURUT ALBION WOODBURRY SMALL
Albion Woodburry Small mengemukakan pengertian sosiologi sebagai kepentingan social yang menyatakan bahwa kepentingan berada ditangan manusia pribadi mapun kelompok dan dapat dikategorikan kedalam masalah-masalah seperti kesehatan, kekayaan, pengetahuan, keindahan, kebenaran dan sebagainya. Masyarakat dianggap sebagai hasil kegiatan manusia untuk memenuhi kepentingan-kepetingannya.

C. HASIL-HASIL KARYA ALBION WOODBURRY SMALL
Hasil karya Albion Woodburry Small sebagai seorang sejarahwan sosiologi diantaranya yaitu :
1. “Introduction To The Study Of Society”(1894)
2. “General Sociology”(1905)
3. “The Meaning Of The Social Science”(1910)
4. “Origins Of Sociology”(1924)
D. KISAH KEHIDUPAN ALBION WOODBURRY SMALL
Albion Woddburry Small sarjana sosiologi dan pendidikan Amerika ( 1854-1926) adalah orang yang beperan penting dalam mendirikan dan mengembangkan sosiologi di Amerika Serikat.
Albion Small dilahirkan di Buckfield, Maine, pada 11 Mei 1854. Meskipun menjabat sebagai menteri di Newton Institusi mengenai agama ( 1876-1879), ia mengejar minat lebih luas di Universitas Leipzig dan Berlin ( 1879-1881), terutama sekali di ilmu ekonomi negara. Sesudah itu, hingga 1889 ia mengajar di perguruan tinggi Colby di Maine dan mengedepankan studi di bidang sejarah dan ekonomi pada Universitas Johns Hopkins. Ia terpilih menjadi Rektor di Universitas Colby pada tahun 1892 dan dia ingin mendirikan departemen sosiologi yang baru di suatu universitas di Chicago. Selama masa jabatannya di Chicago, Small membangun departemen sosiologi yang terkemuka di Amerika Serikat, yang berfungsi untuk membantu di dalam mendirikan lembaga kemasyarakatan di Amerika yang mana ia adalah presiden pada tahun 1912 dan 1913, dan menjadi editor pertama dari jurnal sosiologi Amerika.
Tulisan dan pengajaran Small dimotivasi oleh keinginan untuk mempertunjukkan alam, membedakan dari disiplin sosiologi, seperti halnya untuk menandai adanya kerenggangan hubungan antar berbagai ilmu-ilmu sosial. Buku pertamanya, General Sociology (1905), yang memuat pokok materi perihal sosiologi sebagai proses berbagai keinginan beselisih kelompok dan pemecahan masalah melalui akomodasi dan inovasi sosial. Di buku ini ia meringkas dan dengan kreatif menafsirkan tulisan Ludwig Gumplowicz dan Gustave Ratzenhofer untuk pertama kali ke dalam bahasa inggris. Penafsiran tentang sosiologi Eropa lebih lanjut tercakup di buku yang berjudul Adam Smith dan Modern Sociology (1907), di mana Small mencoba untuk mempertunjukkan moral dan filosofis yang mendasari tentang kekayaan negara-negara terkenal; cameralists (1909), suatu tinjauan ulang yang terperinci menyangkut teori sosial yang mendasari orang banyak/masyarakat setuju dengan kebijakan ekonomi negara jerman dari abad 16 sampai abad ke 19, dan Orgins of Sociology (1924), suatu rekonstruksi yang matang dari kontroversi akademis Jerman yang nampak kecil untuk menyediakan pondasi bagi metodologi modern di dalam ilmu sosial.
Ringkasan yang terbaik tentang keseluruhan pemikiran terdapat di The Meaning Of Social Science (1910), dan tentang daya dorong tentang sosiologi yang umumnya diperjelas di dalam terminologi yang modern. Ilmu social yaitu studi yang melanjutkan proses manusia dalam membentuk, menerapkan, dan merubah penilaian tentang pengalaman mereka. Tingkah laku manusia memperoleh maksud/arti dari penilaian ini, perilaku dan nilai-nilai kedua-duanya secara serempak dipolakan di dalam individu dan dalam masyarakat melalui organisasi dan kelompok.
Small dipensiunkan dari Universitas Colby pada tahun 1924. Ia meninggal dunia di Chicago pada 24 Maret 1926. Walaupun gagasannya sebagian besar merupakan hasil penyempurnaan dari ahli sosiologi yang lain tapi kontribusinya terhadap sosiologi Amerika tidak dapat dibantah.

Auguste Comte

A. Latar Belakang (Riwayat Hidup)
Auguste Comte yang lahir di Montpililer, Perancis pada 19 Januari 1798, adalah anak seseorang bangsawan yang berasal dari keluarga berdarah Katolik. Namun, di perjalanan hidupnya Comte tidak menunjukkan loyalitasnya terhadap kebangsawanannya juga kepada Katoliknya dan hal tersebut merupakan pengaruh suasana pergolakan social, intelektual dan politik pada masanya.
Comte sebagai mahasiswa di Ecole Pohtechnique tidak menghabiskan masa studinya setelah tahu mahasiswa yang memberikan dukungannya kepasa Napolen dipecat, Comte sendiri merupakan salah satu mahasiswa yang keras kepala dan suka memberontak. Hal tersebut menunjukkan bahwa Comte memiliki prinsip dalam menjalani kehidupannya yang pada akhirnya Comte menjadi seorang professional dan meninggalkan dunia akademisnya memberikan les ataupun bimbingan singkat pada lembaga pendidikan kecil maupun yang bentuknya privat.
Hal-hal yang sebenarnya menarik perhatiannya pun dasarnya bukanlah yang berbau matematika tetapi masalah-masalah social dan kemanusiaan. Dan, pada saat minatnya mulai berkembang tawaran kerjasama dari Saint Simon yang ingin menjadikan Comte sekretaris Simon sekaligus pembimbing karya awal Comte, Comte tidak menolaknya.
Tiada gading yang retak, istilah yang menyempal dalam hubungan yang beliau-beliau jalin. Akhirnya ada perpecahan juga antara kedua intelektual ini perihal karya awal Comte karena aroganis intelektual dari keduanya.
Sejak saat itulah Comte mulai menjalani kehidupan intelektualnya sendiri, menjadi seorang professional dan Comte dalam hal yang satu ini menurut pandangan Coser menjadi seorang intelektual yang termarjinalkan di kalangan intelektual Perancis pada zamannya.
Kehidupan terus bergulir Comte mulai melalui kehidupannya dengan menjadi dosen penguji,pembimbing dan mengajar mahasiswa secara privat. Walaupun begitu, penghasilannya tetap tidak mencukupi kebutuhannya dan mengenai karya awal yang dikerjakannya mandek. Mengalami fluktuasi dalam penyelesaiannya dikarenakan intensitas Comte dalam pengerjaannya berkurang drastis.
Comte dalam kegelisahannya yang baru mencapai titik rawan makin merasa tertekan dan hal tersebut menjadikan psikologisnya terganggu, dengan sifat dasarnya adalah seorang pemberontak akibatnya Comte mengalami gejala paranoid yang hebat. Keadaan itu menambah mengembangnya sikap pemberang yang telah ada, tidak jarang pula perdebatan yang dimulai Comte mengenai apapun diakhiri dengan perkelahian.
Kegilaan atau kerajingan yang diderita Comte membuat Comte menjadi nekat dan sempat menceburkan dirinya ke sungai. Datanglah penyelamat kehidupan Comte yang bernama Carolin Massin, seorang pekerja seks yang sempat dinikahi oleh Comte di tahun 1825. carolin dengan tanpa pamrih merawat Comte seperti bayi, bukan hanya terbebani secara material saja tetapi juga beban emosional dalam merawat Comte karena tidak ada perubahan perlakuan Comte untuk Caroline dan hal mengakibatkan Caroline memutuskan pergi meninggalkan Comte pada tahun 1842. comte kembali dalam kegialaannya lagi dan sengsara.
Pada tahun 1844 Comte bertemu seorang perempuan yang bernama Clotilde de Vaux. Walaupun, Comte sangat mencintainya hingga akhir hayat Clotilde tidak pernah menerima cinta Comte karena sudah memiliki suami, walau suaminya jauh dari Clotilde de Vaux meninggal pada tahun 1846 karena penyakit yang menyebabkan tipis harapan sembuhnya dan Clotilde masih terpisah dengan suaminya.
Pada tahun-tahun terakhir masa hidupnya, Comte mengalami gangguan kejiwaan. Comte wafat di Paris pada tanggal 5 September 1857 dan dimakamkan di Cimetiere du Pere Lachaise.

B. Pandangan Terhadap Sosiologi
Auguste Comte, melihat perubahan-perubahan yang disebabkan adanya ancaman terhadap tatanan social, menganggap bahwa perubahan tersebut tidak saja bersifat positif seperti berkembangnya demokratisasi dalam masyarakat, tetapi juga berdampak negative. Salah satu dampak negative tersebut adalah terjadinya konflik antarkelas dalam masyarakat. Menurut Comte konflik-konflik tersebut terjadi karena hilangnya norma atau pegangan (normless) bagi masyarakat dalam bertindak. Comte berkaca dari apa yang terjadi dalam masyarakat Perancis ketika itu (abad ke-19). Setelah pecahnya Revolusi Perancis, masyarakat Perancis dilanda konflik antarkelas. Comte melihat hal itu terjadi karena masyarakat tidak lagi mengetahui bagaimana mengatasi perubahan akibat revolusi dan hukum-hukum apa saja yang dapat dipakai untuk mengatur tatanan social masyarakat.
Oleh karena itu, Comte menyarankan agar semua penelitian tentang masyarakat ditingkatkan menjadi suatu ilmu yang berdiri sendiri. Comte membayangkan suatu penemuan hukum-hukum yang dapat mengatur gejala-gejala social. Namun, Comte belum berhasil mengembangkan hukum-hukum social tersebut menjadi sebuah ilmu. Ia hanya memberi istilah bagi ilmu yang akan lahir itu dengan istilah “Sosiologi”. Sosiologi baru berkembang menjadi sebuah ilmu setelah Emile Durkheim mengembangkan metodologi sosiologi melalui bukunya Rules of Sosiological Method. Meskipun demikian, atas jasanya terhadap lahirnya Sosiologi, Suguste Comte tetap disebut sebagai Bapak Sosiologi.
Comte jelaslah dapat terlihat progretivitasnya dalam memperjuangkan optimisme dari pergolakan realitas social pada masanya, dengan ilmu social yang sistematis dan analitis. Comte dikelanjutan sistematisasi dari observasi dan analisanya, Comte menjadikan ilmu pengetahuan yang dikajinya ini terklarifikasi atas dua bagian, yaitu social statik dan social dinamik.
Social static dan social dinamik hanya untuk memudahkan analitik saja terbagi dua, walapun begitu keduanya bagian yang integral karena Comte jelas sekali dengan hokum tiga tahapnya memperlihatkan ilmu pengetahuan yang holistic. Static social menerangkan perihal nilai-nilai yang melandasi masyarakat dalam perubahannya, selalu membutuhkan social order karenanya dibutuhkan nilai yang disepakati bersama dan berdiri atas keinginan bersama, dapat dinamakan hokum atau kemauan yang berlaku umum. Sedangkan social dinamik, ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai perkembangan masyarakat atau gerak sejarah masyarakat kepada arah kemajuannya.
Pemandangan Comte rasanya dapat terlihat dalam penjabarannya mengenai ilmu pengetahuannya, yang mengidamkan adanya tata yang jelas mengendapkan keteraturan social dan kemajuan perkembangan serta pemikiran masyarakat kea rah positif. Sebagai seorang ilmuwan Comte mengharapkan sesuatu yang ideal tetapi, dalam hal ini Comte berbenturan dengan realitas social yang menginginkan perubahan social secara cepat, revolusi social.
Comte terpaksa memberikan stigma negative terhadap konflik, lentupan-lentupan yang mnegembang melalui konflik dalam masyarakat karena akan menyebabkan tidak tumbuhnya keteraturan social yang nantinya mempersulit perkembangan masyarakat. Ketertiban harus diutamakan apabila masyarakat menginginkan kemajuan yang merata dan bebas dari anarkisme social, anarkisme intelektual. Keteraturan social tiap fase perkembangan social (sejarah manusia) harus sesuai perkembangan pemikiran manusia dan pada tiap proses fase-fasenya (perkembangan) bersifat mutlak dan universal, merupakan inti ajaran Comte.

C. Hasil Karya
Comte menganggap pernikahannya dengan Caroline merupakan kesalahan terbesar, berlanjutnya kehidupan Comte yang mulai memiliki kestabilan emosi ditahun 1830 tulisannya mengenai “Filsafat Positif” (Cours de Philosohie Positiv) terbit sebagai jilid pertama, terbitan jilid yang lainnya bertebaran hingga tahun 1842.
Mulailah dapat disaksikan sekarang bintang keberuntungan Comte sebagai salah satu manusia yang tercatat dalam narasi besar prosa kehidupan yang penuh misteri, pemikiran brilian Comte mulai terajut menjadi suatu aliran pemikiran yang baru dalam karya-karya filsafat yang tumbuh lebih dulu. Comte dengan kesadaran penuh bahwa akal budi manusia terbatas, mencoba mengatasi dengan membentuk ilmu pengetahuan yng berasumsi dasar pada persepsi dan penyelidikan ilmiah.
Tiga hal ini dapat menjadi cirri pengetahuan seperti apa yang sedang Comte bangun, yatu :
1. Membenarkan dan menerima gejala sebagai kenyataan.
2. Mengumpulkan dan mengklasifikasi gejala itu menurut hokum yang menguasai mereka.
3. Memprediksi fenomena-fenomena yang akan dating berdasarkan hokum-hukum itu dan mengambil tindakan yang dirasa bermanfaat.
Keyakinan dalam pengembangan yang dinamakannya positifisme semakin besar volumenya, positifisme sendiri adalah faham filsafat, yang cenderung untuk membatasi pengetahuan benar manusia kepada hal-hal yang dapat diperoleh dnegan memakai metoda ilmu pengetahuan. Disini Comte berusaha pengembangan kehidupan manusia denganmenciptakan sejarah baru, merubah pemikiran-pemikiran yang sudah membudaya, tumbuh dan berkembang pada masa sebelum Comte hadir. Comte mencoba dengan keahlian berpikirnya untuk mendekonstruksi pemikiran yang sifatnya abstrak (teologis) meupun pemikirannya yang pada penjelasan-penjelasannya spekulatif.
Comte bukan hanya melakukan penelitian-penelitian atas penjelasan-penjelasan yang perlu dirombak karena tidak sesuai dengan kaidah keilmiahan Comte tetapi layaknya filsuf lainnya, Comte sellu melakukan kontemplasi juga guna mendapatkan argumentasi-argumentasi yang menurutnya ilmiah. Dan, dari sini Comte mulai mengeluarkan agitasinya tentangilmu pengetahuan positive pada saat berdiskusi dengan kaum intelektual lainnya sekaligus menguji coba argumentasi atas mazhab yang sedang dikumandangkannya dengan gencar.
Positifisme Comte sendiri menciptakan kaidah ilmu pengetahuan baru ini bersandarkan pada teori-teori yang dikembangkan oleh Condorcet, De Bonald, Rousseau dan Plato, Comte memberikan penghargaan yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan yang lebih dulu timbul. Pengetahuan-pengetahuan yang sebelumnya bukan hanya berguna, tetapi merupakan suatu keharusan untuk diterima karena ilmu pengetahuan kekinian selalu bertumpu pada ilmu pengetahuan sebelumnya dalam system klasifikasi.
Asumsi-asumsi ilmu pengetahuan positive itu sendiri, antara lain :
1. Ilmu pengetahuan harus bersifat obyektif (bebas nilai dan netral) seoramg ilmuwan tidak boleh dipengaruhi oleh emosionalitasnya dalam melakukan observasi terhadap obyek yang sedang diteliti.
2. Ilmu pengetahuan hanya berurusan dengan hal-hal yang berulang kali.
3. Ilmu pengetahuan menyoroti tentang fenomena atau kejadian alam dari mutualisme simbiosis dan antar relasinya dengan fenomena yang lain.
Bentangan aktualisasi dari pemikiran Comte, adalah dikeluarkannya pemikirannya mengenai “hokum tiga tahap” atau dikenal juga dengan “hokum tiga stadia”. Hokum tiga tahap ini menceritakan perihal sejarah manusia dan pemikirannya sebagai analisa dari observasi-observasi yang dilakukan oleh Comte.
Versi Comte tentang perkembangan manusia dan pemikirannya, berawal pada tahapan teologis dimana studi kasusnya pada masyarakat primitive yang masih hidupnya menjadi obyek bagi alam, belum memiliki hasrat atau mental untuk menguasai (pengelola) alam atau dapat dikatakan belum menjadi subyek. Fetitisme dan animisme merupakan keyakinan awal yang membentuk pola piker manusia lalu beranjak kepada politeisme, manusia menganggap ada roh-roh dalam setiap benda pengatur kehidupan dan dewa-dewa yang mengatur kehendak manusia dalam setiap aktivitasnya dikeseharian.
Beralih pada pemikiran selanjutnya, yaitu tahap metafisika atau nama lainnya tahap transisi dari buah pikiran Comte karena tahapan ini mneurut Comte hanya modifikasi dari tahapan sebelumnya. Penekanannya pada tahap ini, yaitu monoteisme yang dapat menerangkan gejala-gejala alam dengan jawaban-jawaban yang spekulatif, bukan dari analisa empiric.
Tahap positif, adalah tahapan yang terakhir dari pemikiran manusia dan perkembangannya, pada tahap ini gejala alam diterangkan oleh akal budi berdasarkan hokum-hukumnya yang dapat ditinjau, diuji dan dibuktikan atas scara empiris. Penerangan ini menghasilkan pengetahuan yang instrumental.

D. Kesimpulan dan Saran
Auguste Comte adalah seorang yang radikal tetapi bukanlah seorang yan revolusioner, Comte seorang yang progresiv namun bukan seorang yang militansinya tinggi (walaupun sempat mengalami kegilaan/paranoid). Comte berhjalan di tengah-tengah mencari jalan alternative melalui ilmu pengetahuan yang dikembangkannya guna menyiasati kemungkinan besar yang akan terjadi.
Auguste Comte adalah manusia yang berjalan di tengah-tengah antara ideology yang berkembang (progressive vs konservatif) berada pada ruang abu-abu (keilmiahan ilmu pengetahuan). Comte memberikan sumbangsih cukup besar untuk menusia walaupun ilmu pengetahuan yang dibangun merupakan ide generatif dan ide produktifnya. Comte turut mengembangkan kebudayaan dan menuliskan : “Sebagai anak kita menjadi seorang teolog, sebagai remaja kita menjadi ahli metafisika dan sebagai manusia dewasa kita menjadi ahli ilmu alam”. Hal tersebut adalah maksud dari tahap perkembangan masyarakatnya yang tercantum dalam hokum tiga stadinya.
Adapun sifat-sifat dan kemampuan menonjol yang dimiliki seorang Auguste Comte :
1. Kecerdasan dan pola pikirnya yang brilian.
2. Walaupun ia anak keturunan bangsawan, tetapi ia tidak sombong (menunjukkan loyalitasnya sebagai bangsawan)
3. Keras kepala, suka memberontak, dan memegang teguh prinsip.
4. Progresif dan optimis dalam memperjuangkan kehidupan social.
5. Ambisius dan idealis.
6. Menolak keras bentuk anarkisme social yang merusak moral dan intelektual.

Factor-faktor yang menyebabkan Auguste Comte menjadi demikian, antara lain :
1. Dilahirkan dan dibesarkan di lingkungan keluarga bangsawan.
2. Pergolakan social dalam masyarakat yang tidak menentu.
3. Mengalami masa-masa sulit ketika ia keadaan psikologisnya terganggu.
4. Ia menghargai ilmu pengetahuan yang lebih dulu muncul.
5. Cara pandangnya terhadap agama konvensional yang menurutnya tidak dapat diandalkan.
6. Ditnggal oleh orang yang ia cintai, sehingga ia menganggap keluarga (istri dan anak) adalah kesatuan organis yang dapat menyusun pemikiran-pemikiran sedari awal.

Oleh karena itu, kita sebagai generasi penerus bangsa, hendaknya selalu :
1. Menjaga norma-norma social agar dapat melangsungkan hidup dengan baik.
2. Memanfaatkan ilmu social untuk meneliti mengapa suatu masyarakat begitu mudah membuat kerusuhan.
3. Menggunakan ilmu social untuk menanggulangi perubahan social yang berdampak negative.

E. Penutup
Demikianlah daftar riwayat Bapak Sosiologi kita, Auguste Comte yang terus berusaha menciptakan ilmu masyarakat demi melancarkan kelangsungan hidup masyarakat yang akan dating. Berkat jasa beliau, kita dapat memilah dan memilih sesuatu yang baik dan benar tagar terhindar dari perubahan social. Sehingga kita dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.

GEORGE SIMMEL

A. Asal Dan Silsilah George Simmel
Simmel adalah seorang filosof dan sosiolog dari Jerman yang lahir di pusat kota Berlin pada tanggal 1Maret 1858, anak dari 7 bersaudara. Ayahnya adalah pengusaha sukes dari Yahudiyang beraliran katolik, sedangkan ibunya mengkonversi ke aliran protestan. Ayahnya meninggal saat Simmel masih muda, lalu Julius Friedlander ditunjuk sebagai walinya. Friedlander adalah teman dari keluarga Simmel dan pendiri penerbit internasional.

B. Latar Belakang Pendidikan
Julius meninggalkan kekayaan untuk Simmel yang dapat digunakannya untuk bersekolah hingga sarjana. Setelah lulus dari kuliah gymnasium, ia mempelajari sejarah dan filsafat di Universitas of Berlin dengan tokoh lain dan memperoleh gelar doctor filsafat pada tahun 1881 ( dengan tesisnya, “The Neture of Master Accordig to Kart’s Physical Monocologi” ). Ia tetap di Universitas Berlin hingga selesai kuliah, tidak seperti mahasiswa lain yang gemar berpindah-pindah. Karena itu ia menjadi privat dozen (1901) dan diangkat menjadi Profesor Ausserordentliche oleh pemilik akademi. Dan sejak saat itu, ia mulai produktif terhadap karya-karya dan terkenal hingga USA dan Eropa.

C. Pendapat Simmel Tentang Sosiologi
Menurut Simmel, sosiologi adalah:
 Sosiologi adalah ilmu pengetahuan khusus yang merupakan satu-satunya ilmu analisis yang abstrak diantara semua ilmu kemasyarakatan.
 Secara spesifik sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kedinamisan bentuk proses kebudayaan yang menekankan hubungan interaksi social antar individu atau antar masyarakat dimana keduanya adalah unsure yang saling ketergantungan dan saling mempengaruhi.

D. Pokok-Pokok Ajaran Simmel
a. Penekanan pada interaksi social bidang mikrososiologi dan dinamika kelompok, tipe-tipe proses social dan analisa konseptual terhadap masyarakat.
b. Mikrososiologi adalah ilmu yang mempelajari stuktur social termasuk perubahan-perubahan social dan masalah social tentang analisa mikro.

E. Hasil Karya Simmel
Selama hidunya, Simmel menerbitkan 22 buku yang terdiri atas 200 esay dan dan artikel. Diantaranya:
Philosophie des Geldes (1900)
Soziologie (1908)
Uber Soziale Differenzing: Soziologie Undpsykologische Untersuchungen, Leipzig (1890)
Probleme der Geschichtsphilosopie: Eine Erkenntnistheoretische Studie, Leipzig (1892)
Hauptprobleme der Phiosophie (1910)
Philosophische Cultur (1911)
Lebesanschauung (1918)
Concerning Social Differentiation (1890)
Conflict of Modern Cultur (1918)

F. Pemusatan Pandangan Tentang Sosiologi

Dalam bidang sosiologi, pusat perhatiannya terarah pada proses interaksi yang dianggapnya sebgai ruang lingkup primer sosiologi dan perkembangannya. Selanjutnya ia menyelidiki masalah solidaritas dan konflik yang dikaitkannya dengan besar kecilnya kelompok. Simmel berpandangan bahwa muncul dan berkembangnya kepribadian seseorang tergantung pada jaringan hubungan social yang dimilikinya yaitu pada keanggotaan kelompoknya.

GEORGE SIMMEL
George Simmel lahir sebagai anak bungsu dari 7 bersaudara pada 1 Maret 1858 di Berlin. Ayahnya seorang pengusaha yahudi yang baik yang beralih ke agama kristen dan meninggal ketika George masih muda, yang kekurangan dasar keluarga yang kuat.
Simmel sekolah di Universitas Berlin dan menerima gelar doktornya di tahun 1881. pengetahuannya mengenai medan dari sejarah, filsafat, ilmu jiwa, dan ilmu social. Pada tahun 1885 dia kembali sebagai penceramah yang tak di bayar di Universitas Berlin, mengajar kursus pada ilmu logika, dan sejarah dari filsafat, etika, ilmu jiwa, dan sosiologi. Pada 1890 Simmel menikahi seorang wanita bernama Gertrud, seorang filsafat yang terkenal dengan nama samaran Marie-Luise Enkendorf. Pada tahun 1903 Universitas Berlin memberi Simmel sebuah gelar kehormatan untuk meletakannya diatas level yang tidak membayar uang kuliah dan mengikutkannya di urusan komunitas akademi.
Simmel dikenal baik sebagai lelaki berotak encer dengan sebuah bakat luar biasa di kuliah. Ironisnya ketika Simmel menerima jabatan maha guru penuh di University of Strasbourg pada tahun 1914 dia merampas hampir semua waktu kulih untuk para mahasiswa dan mengubah balai kota menjadi rumah sakit militer karena itu pemberontakan dari berperang. Simmel mati dari pertengahan penyakit hati pada 20 September 1918, dengan singkat sebelum meninggal dari perang.
Simmel adalah penulis yang sangat profilik, dengan lebih dari 200 artikel ditulisnya. Dia juga menulis 20 buku mengenai filosofi, etika, dan sosiologi dan kebudayaan. Meskipun dia banyak menerbitkan, Simmel instansi yang cocok dari pengetahuan atau teori dan oleh karena itu dia tidak membuat sekolah untuk gagasan. Simmel mengutamakan konstribusi untuk sosiologi, dirinya sengaja bergabung di organisasi teori dari comte dan spencer. Simmel maju ke masyarakat yang bergantung pada jaringan yang lebih dari satu relasi diantara individu dan tetap berinteraksi dengan yang lainnya.

Beberapa pekerjaan utama yang lainnya:
 Perbedaan sosial (1890)
 Masalah dari filsafat sejarah (1893)
 Pengenalan untuk ilmu etika (1893)
 Filsafat uang (1900)
 Sosiologi : investasi pada bentuk sosial (1908)
 Dasar pertanyaan dari sosiologi (1917)


IBNU KHALDUN (1332-1406 )

A. Latar Belakang Pendidikan Ibnu Khaldun

Seorang sarjana sosiologi dari Italia, Gumplowiez melalui penelitiannya yang cukup panjang, berpendapat, ”Kami ingin membuktikan bahwa sebelum Auguste Comte (1798-1857M) dan Giovani Vico (1668-1744M) telah datang seorang muslim yang tunduk pada ajaran agamanya. Dia telah mempelajari gejala-gejala sosial dengan akalnya yang cemerlang. Apa yang ditulisnya itulah yang kini disebut sosiologi. (Gumplowiez, Ibnu Khaldun, Arabischersoziologe des 14 jahrundert. Dalam ‘Sociologigsche Essays:PP.201-202).
Sejarawan dan Bapak Sosiologi Islam ini dari Tunisia. Ia keturunan Yaman dengan nama lengkapnya Waliuddin bin Muhammad bin Abi Bakar Muhammad bin Al Hasn. Namun ia lebih dikenal dengan nama Ibnu Khaldun. Keluarganya berasal dari Hadramaut (kini Yaman) dan silsilahnya sampai pada seorang sahabat Nabi Muhammad Nabi Muhammad SAW. bernama Wail bin Hujr dari kabilah Kindah, salah seorang cucu Wail, Khalid bin Usman, memasuki daerah Andalusia bersama orang-orang arab penakluk pada tahun ke-3 H(9 M). Anak cucu Khalid bin Usman membentuk satu keluarga besar bernama Bani Khaldun, dari bani inilah asal nama Ibnu Khaldun.
Ia lahir di Tunisia pada tanggal 27 Mei 1332 M (1 Ramadhan 732 H), tetapi sebenarnya ia dari Seville,Spanyol. Sejak kecil, ia sudah hafal Al-Qur’an. Di tanah kelahirannya itu ia mempelajari syari’at (tafsir, hadits, tauhid, fiqih) fisika dan matematika. Saat itu Tunisia telah menjadi pusat perkembangan ilmu di Afrika Utara.
Sejak usia muda,ia sudah mengikuti kegiatan politik praktis. Situasi politik yang tidak menentu di Tunisia, menyebabkan Ibnu Khaldun melakukan pengembaraan dari Maroko sampai Spanyol. Pada tahun 1375, beliau pindah ke Granada, Spanyol. Karena keadaan politik Granada tidak stabil ia menetap di Qal’at Ibnu Salamah di daerah Tilmisan,ibukota Maghrib Tengah (Aljazair) dan meninggalkan dunia politik praktis.
Tahun 746 H, studinya terhenti akibat terjangkitnya penyakit Pes di sebagian besar belahan dunia bagian timur dan bagian barat. Banyak korban akibat dari penyakit yang sedang melanda itu. Karena situasinya berubah, akhinya Ibnu Khaldun mencari kesibukan kerja serta mengikuti jejak kakeknya untuk terjun ke dunia politik. Berkat komunikasinya dengan tokoh-tokoh dan ulama terkemuka setempat telah banyak membantunya mencapai jabatan tinggi.

B. Pemikiran Ibnu Khaldun

Ibnu Khaldun mengemukakan pemikiran baru yang menyatakan bahwa sistem sosial manusia dapat berubah seiring dengan kemampuan pola berpikir mereka, keadaan muka bumi di sekitar mereka, pengaruh iklim, makanan, emosi serta jiwa manusia itu sendiri.
Beliau juga berpendapat bahwa pola pemikiran masyarakat berkembang secara bertahap yang dimulai dari tahap primitif, pemilikan, peradaban, kemakmuran dan kemunduran (keterpurukan). Pemikiran Ibnu Khaldun dikagumi oleh tokoh sejarah keturunan Yahudi, Prof. Emeritus, Dr. Bernerd Lewis yang mengukuhkan tokoh ilmuwan itu sebagai ahli sejarah arab yang hebat pada abad pertengahan.
Felo Amat Utama Akademik Institut Antarbangsa Pemikiran dan Ketamadunan (ISTAC), University Islam Antarbangsa Malaysia (UIAM), Muhammad Uthman El-Muhammady juga melihat pendekatan (pemikiran) Ibnu Khaldun secara mendunia.
Karya Ibnu Khaldun yang menakjubkan (Mukaddimah) membuat beliau mendapat gelar Prolegomena atau pengenalan pada berbagai ilmu perkembangan kehidupan manusia di kalangan ilmuwan barat. Dari situ, Ibnu Khaldun mengutarakan pandangannya untuk memperbaiki kesalahan dalam kehidupan, menjadikan karya beliau seperti ensiklopedia yang mengisahkan berbagai perkara dalam kehidupan sosial manusia.
Kajian yang dilakukan Ibnu Khaldun tidak hanya mencakup kisah kehidupan masyarakat saat itu, tetapi juga merangkum sejarah umat terdahulu. Selain sebagai ilmuwan dalam bidang ilmu sosial, Ibnu Khaldun mampu menjalankan tugas dengan baik saat dilantik sebagai kadi (wali agama) ketika menetap di Mesir. Kebijaksanaan beliau mendorong Sultan Burquq yaitu Sultan Mesir pada waktu itu, memberi gelar Waliuddin kepada Ibnu Khaldun.
Ibnu Khaldun juga memajukan konsep ekonomi, perdagangan, kebebasan, beliau terkenal karena hasil kerjanya dalam bidang sosiologi, astronomi, numerologi, kimia serta sejarah. Beliau berpendapat bahwa tugas kerajaan hanya mempertahankan rakyatnya dari kejahatan, melindungi harta rakyat, memberantas penipuan dalam perdagangan dan mengurus pemasukan kas negara (upeti/ pajak).
Pemerintah juga melaksanakan kepemimpinan politik yang bijaksana dengan keterpaduan sosial dan kekuasaan tanpa adanya paksaan.
Dari segi ekonomi, Ibnu Khaldun memajukan teori nilai dan keterkaitan hubungan dengan tenaga kerja, mengenalkan pembagian kerja, membantu pemasaran terbuka,menyadari kesan dinamik permintaan dan modal penjualan serta keuntungan.
Wacana atau pemikiran Ibnu Khaldun juga diterapkan dalam kehidupan masyarakaat modern yang ingin mengimbangi pembangunan fisik dan spiritual. Secara teori,ilmu itu dikaitkan dengan persoalan manusia dalam masyarakat dan para ahli sosiologi berharap ilmu itu dapat menjalin keterpaduan serta membentuk pembenahan krisis moral yang dihadapi masyarakat saat ini.
Walaupun istilah sosiologi ditemukan oleh tokoh sosiologi kelahiran Perancis abad ke 19 yaitu Auguste Comte, tetapi kajian mengenai kehidupan sosial manusia sudah diurai oleh Ibnu Khaldun dalam kitabnya Mukaddimah, 500 tahun lebih awal, pada usianya 36 tahun.

C. Karya-karya Ibnu Khaldun

Sebagai sejarawan dan filsuf, ia memusatkan perhatiannya pada kegiatan menulis dan mengajar. Saat itulah karya besar lahir dari tangannya, yaitu :
1. Sebuah kitab Al-Ibrar wa Diwan Al-Mubtada’ wa Al-Khabar fi Ayyamal Al-‘Arab wa Al-Ajam wa al-Barbar atau yang sering disebut Al-Ibrar (Sejarah Umum), terbitan Kairo tahun 1284. Kitab ini terdiri atas 7 jilid yang berisi tentang kajian sejarah yang didahului oleh Muqaddimah (jilid I), yang berisi tentang pembahasan masalah-masalah sosial manusia.
2. Muqaddimah (yang sebenarnya merupakan pembuka kitab Al-Ibrar) popularitasnya melebihi kitab itu sendiri. Muqaddimah membuka jalan menuju pembahasan ilmu-ilmu sosial. Menurut pendapatnya, politik tidak bisa dipisahkan dari kebudayaan, dan masyarakat dibedakan atas masyarakat desa (hadarah) dan kota (badawah). Oleh karena itu Ibnu Khaldun dianggap sebagai peletak dasar ilmu-ilmu sosial dan politik Islam.
3. Sejumlah kitab yang bernilai tinggi diantaranya At-Ta’rif bi Ibn Khaldun (autobiografi, catatan dan kitab sejarahnya) dan kitab teologi yaitu Lubabal Al-Muhassal Afkar Usul Ad-Din (ringkasan dari kitab Muhassal Afkar Al-Muttaqaddimin wa Al-Muta’akhirin karya Imam Fakhrudi Ar-Razi dan memuat pendapatnya tentang masalah teologi).

D. Pengertian Sosiologi

Dalam Muqaddimah ini pula Ibnu Khaldun menampakkan diri sebagai ahli sosiologi dan sejarah. Menurutnya sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang solidaritas sosial. Teori pokoknya dalam sosiologi umum dan politik adalah konsep ashabiyah (solidaritas sosial). Asal-usul solidaritas sosial adalah ikatan darah yang disertai kedekatan hidup bersama. Hidup bersama juga dapat mewujudkan solidaritas yang sama kuat dengan ikatan darah. Menurutnya, solidaritas sosial sangat kuat terlihat dalam masyarakat pengembara, karena corak kehidupan mereka yang unik dan kebutuhan mereka untuk saling membantu. Relevansi teori ini misalnya dapat ditemukan pada teori-teori tentang konsiliasi kelompok-kelompok sosial dalam menyelesaikan konflik tantangan tertentu. Relevansi teori Khaldun, misalnya juga dapat ditemukan dalam teori Ernest Renan tentang kelahiran bangsa. Tantangan yang dihadapi masyarakat pengembara dalam teori Khaldun tampaknya,meski tidak semua, paralel dengan “kesamaan sejarah” embrio bangsa dalam teori Ernest Renan. Kebutuhan untuk saling membantu mengatasi tantangan ini juga me miliki relevansi dalam kajian psikologi sosial terutama berkenaan dengan kebutuhan untuk mengikatkan diri dengan borang lain atau kelompok sosial yang lazim disebut afiliasi.

William Fielding Ogburn

A. Latar Belakang
William Fielding Ogburn lahir di Butler, Georgia pada tanggal 29 Juni 1886. Setelah beliau lulus dari Universitas Penyalur Tekstil, Georgia pada tahun 1905, beliau menginginkan untuk memasuki pekerjaan professional. Ogburn kemudian memulai studinya pada bidang sosiologi. Beliau adalah seorang profesor sosiologi di sebuah Perguruan Tinggi di Portland, Oregon. Selama 4 tahun beliau berda di sana. Kemudian beliau kembali ke Universitas Columbia. Pada tahun 1927, Ogburn dipanggil ke Chicago untuk mengajar pada sebuah Perguruan Tinggi. Beliau menerima gelar akademis kehormatan LL.D dari almamaternya dan juga dari Universitas Carolina Utara.
W.F. Ogburn merupakan ilmuwan pertama yang melakukan penelitian terinci mengenai proses perubahan yang sebenarnya terjadi. Beliau telah mengemukakan beberapa teori, suatu yang terkenal mengenai perubahan dalam masyarakat yaitu “ Cultural Lag” (artinya ketinggalan kebudayaan) adalah perbedaan antara tarif kemajuan dari berbagai bagian dalam kebudayaan dari suatu masyarakat. Ogburn berusaha untuk menunjukkan perbedaan-perbedaan antara teori biologis dengan berbagai teori evolusi tanpa mengesampingkan konsep evolusi secara menyeluruh.
W.F. Ogburn akhirnya meninggal di Tallahassee, Florida pada tanggal 27 April 1959.

B. Pengertian Sosiologi
Menurut William Fielding Ogburn, Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasil yang sebenarnya yaitu organisasi sosial. Beliau berusaha memberikan pengertian tertentu, walaupun beliau tidak memberi definisi tentang perubahan sosial. Beliau berpendapat bahwa ruang lingkup perubahan social mencakup unsur kebudayaan yang materiil dan immaterial, dengan menekankan pengaruh yang besar dari unsur-unsur kebudayaan yang materiil terhadap unsur-unsur immaterial.

C. Ajaran-Ajaran Pokok
Beliau berpendapat bahwa faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan suatu kebudayaan adalah :
1. Discovery (penemuan-penemuan)
Ogburn mengemukakan ada sebanyak 150 perubahan sosial yang disebabkan oleh adanya radio.
2. Invensi
Ogburn mencatat ada 148 invensi atau penemuan semacamnya. Tiga bentuk efek dari invensi yaitu :
a) Dispensasi (efek beruntung) dari sebuah invensi mekanik
b) Sukses (efek sosial) lanjutan dari sebuah invensi
c) Konvergensi (munculnya beberapa pengaruh dari beberapa invensi secara bersama
3. Difusi
Yaitu penyebaran unsur-unsur budaya dari suatu kelompok ke kelompok lainnya.
4. Akumulasi
5. Penyesuaian

D. Hasil Karya (1886-1959)
W.F. Ogburn menemukan penemuan baru yang dinamakan “ Social Invention” yaitu penciptaan penegelompokkan dari individu-individu yang baru atau penciptaan adat-istiadat baru, maupun perilaku sosial yang baru.
 “ Sosial Change with respect to culture and original nature ” 1992
 “ American Marriage and family relationship “ (dengan gorves) 1928
 “ Sosial Characters Stics of City “ 1937
 “ The Social Effect of Autation “ 1946
 “ Technology and the changing family “ (dengan nirmkoff) 1953

Sejarah Sosologi


Sosiologi merupakan ilmu yang sedang saya  kaji dalam kuliah saya. Dalam ilmu ini memperdalam ilmu tentang manusia dan segala tingkah laku, berdasarkan hukum-hukum dalam masyarakat yang berlaku. ilmu sosiologi sangat menarik bagi saya, karena disini kita bisa mengenal jauh mengenai masyarakat dan beserta kebudayaan dengan karakternya masing-masing.disini saya akan membahas sejarah dari sosiologi beserta tokoh-tokohnya.

Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan, teman sedangkan Logos berarti ilmu pengetahuan. Ungkapan ini dipublikasikan diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive" karangan August Comte (1798-1857). Walaupun banyak definisi tentang sosiologi namun umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentng masyarakat.
Masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum. Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, negara, dan berbagai organisasi politik, ekonomi, sosial.

Sejarah istilah sosiologi




Potret Auguste Comte.


  • 1842: Istilah Sosiologi sebagai cabang Ilmu Sosial dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Perancis, bernama August Comte tahun 1842 dan kemudian dikenal sebagai Bapak Sosiologi. Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang masyarakat lahir di Eropa karena ilmuwan Eropa pada abad ke-19 mulai menyadari perlunya secara khusus mempelajari kondisi dan perubahan sosial. Para ilmuwan itu kemudian berupaya membangun suatu teori sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki masyarakat pada tiap tahap peradaban manusia. Comte membedakan antara sosiologi statis, dimana perhatian dipusatkan pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar adanya masyarakat dan sosiologi dinamis dimana perhatian dipusatkan tentang perkembangan masyarakat dalam arti pembangunan. Rintisan Comte tersebut disambut hangat oleh masyarakat luas, tampak dari tampilnya sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi. Mereka antara lain Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim, Ferdinand Tönnies, Georg Simmel, Max Weber, dan Pitirim Sorokin(semuanya berasal dari Eropa). Masing-masing berjasa besar menyumbangkan beragam pendekatan mempelajari masyarakat yang amat berguna untuk perkembangan Sosiologi.
  • Émile Durkheim — ilmuwan sosial Perancis — berhasil melembagakan Sosiologi sebagai disiplin akademis. Emile memperkenalkan pendekatan fungsionalisme yang berupaya menelusuri fungsi berbagai elemen sosial sebagai pengikat sekaligus pemelihara keteraturan sosial.
  • 1876: Di Inggris Herbert Spencer mempublikasikan Sosiology dan memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami masyarakat seperti tubuh manusia, sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama lain.
  • Karl Marx memperkenalkan pendekatan materialisme dialektis, yang menganggap konflik antar-kelas sosial menjadi intisari perubahan dan perkembangan masyarakat.
  • Max Weber memperkenalkan pendekatan verstehen (pemahaman), yang berupaya menelusuri nilai, kepercayaan, tujuan, dan sikap yang menjadi penuntun perilaku manusia.
  • Di Amerika Lester F. Ward mempublikasikan Dynamic Sosiology.

Pokok bahasan sosiologi

Pokok bahasan sosiolgi ada empat: 1. Fakta sosial sebagai cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang berada di luar individu dan mempunya kekuatan memaksa dan mengendalikan individu tersebut.
Contoh, di sekolah seorang murid diwajidkan untuk datang tepat waktu, menggunakan seragam, dan bersikap hormat kepada guru. Kewajiban-kewajiban tersebut dituangkan ke dalam sebuah aturan dan memiliki sanksi tertentu jika dilanggar. Dari contoh tersebut bisa dilihat adanya cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang ada di luar individu (sekolah), yang bersifat memaksa dan mengendalikan individu (murid).
2. Tindakan sosial sebagai tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain.
Contoh, menanam bunga untuk kesenangan pribadi bukan merupakan tindakan sosial, tetapi menanam bunga untuk diikutsertakan dalam sebuah lomba sehingga mendapat perhatian orang lain, merupakan tindakan sosial.
3. Khayalan sosiologis sebagai cara untuk memahami apa yang terjadi di masyarakat maupun yang ada dalam diri manusia. Menurut Wright Mills, dengan khayalan sosiologi, kita mampu memahami sejarah masyarakat, riwayat hidup pribadi, dan hubungan antara keduanya. Alat untuk melakukan khayalan sosiologis adalah persmasalahan (troubles) dan isu (issues). Permasalahan pribadi individu merupakan ancaman terhadap nilai-nilai pribadi. Isu merupakan hal yang ada di luar jangkauan kehidupan pribadi individu.
Contoh, jika suatu daerah hanya memiliki satu orang yang menganggur, maka pengangguran itu adalah masalah. Masalah individual ini pemecahannya bisa lewat peningkatan keterampilan pribadi. Sementara jika di kota tersebut ada 12 juta penduduk yang menganggur dari 18 juta jiwa yang ada, maka pengangguran tersebut merupakan isu, yang pemecahannya menuntut kajian lebih luas lagi.
4. Realitas sosial adalah penungkapan tabir menjadi suatu realitas yang tidak terduga oleh sosiolog dengan mengikuti aturan-aturan ilmiah dan melakukan pembuktian secara ilmiah dan objektif dengan pengendalian prasangka pribadi, dan pengamatan tabir secara jeli serta menghindari penilaian normatif.


Ciri-Ciri dan Hakikat Sosiologi

Sosiologi merupakan salah satu bidang ilmu sosial yang mempelajari masyarakat. Sosiologi sebagai ilmu telah memenuhi semua unsur ilmu pengetahuan. Menurut Harry M. Johnson, yang dikutip oleh Soerjono Soekanto, sosiologi sebagai ilmu mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut.
  • Empiris, yaitu didasarkan pada observasi dan akal sehat yang hasilnya tidak bersifat spekulasi (menduga-duga).
  • Teoritis, yaitu selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil observasi yang konkret di lapangan, dan abstraksi tersebut merupakan kerangka dari unsur-unsur yang tersusun secara logis dan bertujuan menjalankan hubungan sebab akibat sehingga menjadi teori.
  • Komulatif, yaitu disusun atas dasar teori-teori yang sudah ada, kemudian diperbaiki, diperluas sehingga memperkuat teori-teori yang lama.
  • Nonetis, yaitu pembahasan suatu masalah tidak mempersoalkan baik atau buruk masalah tersebut, tetapi lebih bertujuan untuk menjelaskan masalah tersebut secara mendalam.
Hakikat sosiologi sebagai ilmu pengetahuan sebagai berikut.
  • Sosiologi adalah ilmu sosial karena yang dipelajari adalah gejala-gejala kemasyarakatan.
  • Sosiologi termasuk disiplin ilmu normatif, bukan merupakan disiplin ilmu kategori yang membatasi diri pada kejadian saat ini dan bukan apa yang terjadi atau seharusnya terjadi.
  • Sosiologi termasuk ilmu pengetahuan murni (pure science) dan ilmu pengetahuan terapan.
  • Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan abstrak dan bukan ilmu pengetahuan konkret. Artinya yang menjadi perhatian adalah bentuk dan pola peristiwa dalam masyarakat secara menyeluruh, bukan hanya peristiwa itu sendiri.
  • Sosiologi bertujuan menghasilkan pengertian dan pola-pola umum, serta mencari prinsip-prinsip dan hukum-hukum umum dari interaksi manusia, sifat, hakikat, bentuk, isi, dan struktur masyarakat manusia.
  • Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional. Hal ini menyangkut metode yang digunakan.
  • Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan umum, artinya sosiologi mempunyai gejala-gejala umum yang ada pada interaksi antara manusia

Objek Sosiologi

Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan mempunyai beberapa objek.
  • Objek Material
Objek material sosiologi adalah kehidupan sosial, gejala-gejala dan proses hubungan antara manusia yang memengaruhi kesatuan manusia itu sendiri.
  • Objek Formal
Objek formal sosiologi lebih ditekankan pada manusia sebagai makhluk sosial atau masyarakat. Dengan demikian objek formal sosiologi adalah hubungan manusia antara manusia serta proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat



Ruang Lingkup Kajian Sosiologi

Sebagai ilmu pengetahuan, sosiologi mengkaji lebih mendalam pada bidangnya dengan cara bervariasi. Misalnya seorang sosiologi mengkaji dan mengamati kenakalan remaja di Indonesia saat ini, mereka akan mengkaji mengapa remaja tersebut nakal, mulai kapan remaja tersebut berperilaku nakal, sampai memberikan alternatif pemecahan masalah tersebut. Hampir semua gejala sosial yang terjadi di desa maupun di kota baik individu ataupun kelompok, merupakan ruang kajian yang cocok bagi sosiologi, asalkan menggunakan prosedur ilmiah. Ruang lingkup kajian sosiologi lebih luas dari ilmu sosial lainnya. Hal ini dikarenakan ruang lingkup sosiologi mencakup semua interaksi sosial yang berlangsung antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, serta kelompok dengan kelompok di lingkugan masyarakat. Ruang lingkup kajian sosiologi tersebut jika dirincikan menjadi beberapa hal, misalnya antara lain:
  • Ekonomi beserta kegiatan usahanya secara prinsipil yang berhubungan dengan produksi, distribusi,dan penggunaan sumber-sumber kekayaan alam;
  • Masalah manajemen yaitu pihak-pihak yang membuat kajian, berkaitan dengan apa yang dialami warganya;
  • Persoalan sejarah yaitu berhubungan dengan catatan kronologis, misalnya usaha kegiatan manusia beserta prestasinya yang tercatat, dan sebagainya.
Sosiologi menggabungkan data dari berbagai ilmu pengetahuan sebagai dasar penelitiannya. Dengan demikian sosiologi dapat dihubungkan dengan kejadian sejarah, sepanjang kejadian itu memberikan keterangan beserta uraian proses berlangsungnya hidup kelompok-kelompok, atau beberapa peristiwa dalam perjalanan sejarah dari kelompok manusia. Sebagai contoh, riwayat suatu negara dapat dipelajari dengan mengungkapkan latar belakang terbentuknya suatu negara, faktor-faktor, prinsip-prinsip suatu negara sampai perjalanan negara di masa yang akan datang. Sosiologi mempertumbuhkan semua lingkungan dan kebiasaan manusia, sepanjang kenyataan yang ada dalam kehidupan manusia dan dapat memengaruhi pengalaman yang dirasakan manusia, serta proses dalam kelompoknya. Selama kelompok itu ada, maka selama itu pula akan terlihat bentuk-bentuk, cara-cara, standar, mekanisme, masalah, dan perkembangan sifat kelompok tersebut. Semua faktor tersebut dapat memengaruhi hubungan antara manusia dan berpengaruh terhadap analisis sosiologi.

Perkembangan sosiologi dari abad ke abad

Perkembangan pada abad pencerahan

Banyak ilmuwan-ilmuwan besar pada zaman dahulu, seperti Sokrates, Plato dan Aristoteles beranggapan bahwa manusia terbentuk begitu saja. Tanpa ada yang bisa mencegah, masyarakat mengalami perkembangan dan kemunduran.
Pendapat itu kemudian ditegaskan lagi oleh para pemikir di abad pertengahan, seperti Agustinus, Ibnu Sina, dan Thomas Aquinas. Mereka berpendapat bahwa sebagai makhluk hidup yang fana, manusia tidak bisa mengetahui, apalagi menentukan apa yang akan terjadi dengan masyarakatnya. Pertanyaan dan pertanggungjawaban ilmiah tentang perubahan masyarakat belum terpikirkan pada masa ini.
Berkembangnya ilmu pengetahuan di abad pencerahan (sekitar abad ke-17 M), turut berpengaruh terhadap pandangan mengenai perubahan masyarakat, ciri-ciri ilmiah mulai tampak di abad ini. Para ahli di zaman itu berpendapat bahwa pandangan mengenai perubahan masyarakat harus berpedoman pada akal budi manusia

Pengaruh perubahan yang terjadi di abad pencerahan

Perubahan-perubahan besar di abad pencerahan, terus berkembang secara revolusioner sapanjang abad ke-18 M. Dengan cepat struktur masyarakat lama berganti dengan struktur yang lebih baru. Hal ini terlihat dengan jelas terutama dalam revolusi Amerika, revolusi industri, dan revolusi Perancis. Gejolak-gejolak yang diakibatkan oleh ketiga revolusi ini terasa pengaruhnya di seluruh dunia. Para ilmuwan tergugah, mereka mulai menyadari pentingnya menganalisis perubahan dalam masyarakat


Gejolak abad revolusi
Perubahan yang terjadi akibat revolusi benar-benar mencengangkan. Struktur masyarakat yang sudah berlaku ratusan tahun rusak. Bangasawan dan kaum Rohaniwan yang semula bergemilang harta dan kekuasaan, disetarakan haknya dengan rakyat jelata. Raja yang semula berkuasa penuh, kini harus memimpin berdasarkan undang-undang yang di tetapkan. Banyak kerajaan-kerajaan besar di Eropa yang jatuh dan terpecah.



Revolusi Perancis berhasil mengubah struktur masyarakat feodal ke masyarakat yang bebas
Gejolak abad revolusi itu mulai menggugah para ilmuwan pada pemikiran bahwa perubahan masyarakat harus dapat dianalisis. Mereka telah menyakikan betapa perubahan masyarakat yang besar telah membawa banyak korban berupa perang, kemiskinan, pemberontakan dan kerusuhan. Bencana itu dapat dicegah sekiranya perubahan masyarakat sudah diantisipasi secara dini.
Perubahan drastis yang terjadi semasa abad revolusi menguatkan pandangan betapa perlunya penjelasan rasional terhadap perubahan besar dalam masyarakat. Artinya :
  • Perubahan masyarakat bukan merupakan nasib yang harus diterima begitu saja, melainkan dapat diketahui penyebab dan akibatnya.
  • Harus dicari metode ilmiah yang jelas agar dapat menjadi alat bantu untuk menjelaskan perubahan dalam masyarakat dengan bukti-bukti yang kuat serta masuk akal.
  • Dengan metode ilmiah yang tepat (penelitian berulang kali, penjelasan yang teliti, dan perumusan teori berdasarkan pembuktian), perubahan masyarakat sudah dapat diantisipasi sebelumnya sehingga krisis sosial yang parah dapat dicegah.

Kelahiran sosiologi modern

Sosiologi modern tumbuh pesat di benua Amerika, tepatnya di Amerika Serikat dan Kanada. Mengapa bukan di Eropa? (yang notabene merupakan tempat dimana sosiologi muncul pertama kalinya).
Pada permulaan abad ke-20, gelombang besar imigran berdatangan ke Amerika Utara. Gejala itu berakibat pesatnya pertumbuhan penduduk, munculnya kota-kota industri baru, bertambahnya kriminalitas dan lain lain. Konsekuensi gejolak sosial itu, perubahan besar masyarakat pun tak terelakkan.
Perubahan masyarakat itu menggugah para ilmuwan sosial untuk berpikir keras, untuk sampai pada kesadaran bahwa pendekatan sosiologi lama ala Eropa tidak relevan lagi. Mereka berupaya menemukan pendekatan baru yang sesuai dengan kondisi masyarakat pada saat itu. Maka lahirlah sosiologi modern.
Berkebalikan dengan pendapat sebelumnya, pendekatan sosiologi modern cenderung mikro (lebih sering disebut pendekatan empiris). Artinya, perubahan masyarakat dapat dipelajari mulai dari fakta sosial demi fakta sosial yang muncul. Berdasarkan fakta sosial itu dapat ditarik kesimpulan perubahan masyarakat secara menyeluruh. Sejak saat itulah disadari betapa pentingnya penelitian (research) dalam sosiologi.



Referensi

  1. William D Perdue. 1986. Sociological Theory: Explanation, Paradigm, and Ideology. Palo Alto, CA: Mayfield Publishing Company. Hlm. 20
  2. Kamanto Sunarto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI. Hlm. 5
  3. James. M. Henslin, 2002. Essential of Sociology: A Down to Earth Approach Fourth Edition. Boston: Allyn and Bacon. Hlm 10
  4. Pitirim Sorokin. 1928. Contemporary Sociological Theories. New York: Harper. Hlm. 25
  5. Randall Collins. 1974. Conflict Sociology: Toward an Explanatory Science. New York: Academic Press. Hlm. 19
  6. George Ritzer. 1992. Sociological Theory. New York: Mc Graw-Hill. Hlm. 28